Laman

sambutan

SELAMAT DATANG PEMBACA YANG BUDIMAN

gambar

gambar
gunung

perbaikan

saat ini kami sedang berusaha memperbaiki blog kami. semoga menjadikan maklum dan mohon maaf

Cari Blog Ini

Minggu, 11 April 2010

SDM LIMAS ADVENTURE

Pada Hari Juma'at, tanggal 2 April yang lalu, kami semua rombongan dari guru dan karyawan SD Muhammadiyah 15 Surabaya mengikuti Rafting di Songa Probolinggo. Waduh.. seru banget pokoknya. Sehari sebelumnya sudah diumumkan oleh wakasek kesiswaan yang bernama ust. M. Natsir bahwa besok hari jum'at kita akan berangkat ke Probolinggo pukul 05.00. Kontan saja hal tersebut membuat geram para guru. Betapa tidak masih pagi buta kita sudah harus berangkat. Emang betul kok, Jum'at pagi jam 05.00 para guru sudah ada yang datang, malah ada sebagian guru yang menginap di sekolah, seperti ust. Ikwanto, ust. Amar, ust.Eko, ust. Ali. satu persatu guru-guru telah datang. Tapi ada juga lo guru yang masih molor gak tepat waktu.Sehingga kami masih harus menunggu guru yang molor tersebut.
Tepat pukul 06.00 kami meninggalkan Sekolah SD Muhammadiyah 15 Surabaya menuju Kota Probolinggo. Dalam perjalanan yang katanya melelahkan itu, kami dihibur oleh beberapa guru yang mempunyai suara lumayan dengan berkaraoke ria.Yah lumayan lah meskipun bukan artis beneran. Dapat menghibur hati di sela-sela kesibukan sehari-hari.Kapan lagi menikmati suasana seperti ini.
Pukul 09.30 kami telah sampai di tempat Rafting. Kami istirahat sejenak sebelum mendapat bengarahan dari team Rafting. Setelah kami siap semua dengan segala atribut surving,kami di ajak menuju sungai surving yang banyak tantangan tentunya.
Untuk menuju sungai itu ternyata tidak mudah, dibutuhkan perjuangan dan kesabaran. kami harus menaiki mobil picup,menaiki dan menuruni jalan setapak lebih kurang 2 km. waduh lelah banget, jalannya licin dan berbatu lagi.
Alhamdulillah sampai juga kami di sungai. disana sudah siap team instruktur dengan prau karetnya.Kamipun bergegas menuju kelompok masing-masing. Satu kelompok terdapat 5 orang plus guadenya.Sebelum berangkat menyusuri sungai yang jeram, kami masih diingatkan lagi tentang aba-aba yang harus diikuti oleh tiap peserta.
Bebatuan yang besar menghiasi deburan dan guyuran air sungai membuat arus sungai semakin deras. hampir - hampir kami tak kuasa menahan derasnya arus sungai jika tanpa didampingi oleh guade. Istilah yang tak pernah kami lupakan adalah istilah BUUUM, BUUM artinya setiap peserta harus jongkok dalam perahu karet untuk menghindari perahu terbalik dan menghindari benturan dengan batu besar.
Ada peristiwa yang menarik selama perjalanan Rafting di sungai itu. Ketika melewati arus yang lumayan cukup deras yang dikelilingi batu besar, ada dua teman kami yang tercebur ke dalam sungai karena pegangan mereka terlepas yang disebabkan tali pengait pada pegangan dan perahu karet terputus. Mereka adalah Ust. Luqman dan ustdzah Siti latifah. Untunglah mereka tidak apa-apa, dan kembali dapat melanjutkan perjalanan Rafting sampai finish. Meskipun melelahkan, namun hal tersebut sangat menyenangkan, dan merupakan suatu pengalaman indah bagi kami yang tak akan terlupakan. Tepat pukul 14.35 kami kembali ke basecamp untuk membersihkan diri dan sholat berjmaah, dilanjutkan makan siang. Setelah dirasa cukup makan siang, kamipun segera melanjutkan perjalanan untuk pulang kembali ke Surabaya. namun sebelum kembali, kami masih mampir ke rumah salah seorang ustadzah SD Muhammadiyah 15 yang bernama ustadzah Yanti di Probolinggo pada pukul 16.35, mampir membli oleh-oleh Tape yang konon manis....Sampai di Surabaya pukul 20.30.Dan mungkin kami akan mengulangi kembali bersurving ria entah kapan.

filsafat dan sejarah pendidikan Indonesia

MATA KULIAH : FILSAFAT DAN SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA

Pendahuluan

Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.

Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota¬-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga¬-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)

Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.

Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau "tradisional" yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide¬-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)

Para sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-¬anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah kependidikan ini.

Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki "perbatasan" (sejarah) pendidikan dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang.

Perkuliahan dilakukan dengan pendekatan interdisiplm (diakronik dan/atau sinkronik). Untuk Sejarah Pendidikan Indonesia mutakhir, substansinya seluruh spektrum pendidikan yang secara temporal pernah berlaku dan masih berlaku di Indonesia; hubungan antara kebijakan pendidikan dengan politik nasional pemerintah, termasuk kebijakan penyusunan dan perubahan kurikulum dengan segala aspeknya yang menyertainya; lembaga-lembaga pendidikan (pemerintah maupun swasta); pendidikan formal dan non-formal; pendidikan umum, khusus dan agama. Singkatnya segala macam makalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dahulu dan sekarang dan melihat prosepeknya ke masa depan. Sejarah sebagai kajian reflektif dapat dimanfaatkan untuk melihat prosepek ke depan meskipun tidak punya pretensi meramal. Dalam setiap bahasan dicoba dilihat filosofi yang melatarinya.

Sumber-sumber yang digunakan: sumber pertama (primary sources) berupa dokumen-dokumen yang menyangkut kebijakan pendidikan; sumber kedua (secondary sources) benipa artikel, monograf, atau buku-buku tentang perkembangan dan makalah pendidikan. Sebagai bahan komparasi sumber-sumber mengenai Sejarah Pendidikan di negara-negara lain yang dapat diperoleh melalui internet dll.

Cara penyajian kuliah sebagian besar melalui diskusi-diskusi, terutama membahas dokumen-dokumen dari sumber-sumber pertama; membuat Chapter dan/atau Book Report; menyusun makalah individual dan/atau kelompok yang didiskusikan.

DAFTAR PUSTAKA (sementara):

Brugmans, LJ. 1938. Geschiedenis van het OnderwUs in Nederlandsch-Indiey Groningen-Batavia: J.B. Wolters.
Church, Robert L. 1971. "History of Education as a Field of Study", dalam The Encyclopedia of Education. The Macmillan Company & Free Press.
Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan.
Good, Carter V. & Scates, Douglas E. 1954. Methods of Research Educational, Psychological, Sociological. New York: Appleton-Cent uy. Crofts, Inc.
Good, H.G. 1968. A History of Wester1iEducation. 2"d ed. New York: The Macmillan Company.
Hans, Nicholas. 1958. Comparative Education. A Study of Educational Factors and Traditions. London: Routledge & Kegan Paul Limited.
Makmur, Djohan, et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: IDSN.
Meyer, Adolphe E. 1972. An Educational History of the Western World. New York: Magraw -Hill Book Company.
Miller, T.W.G., ed. 1968. Education in South-East Asia. Sidney: Ian Novak.
Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka. Djakarta: PT Ginning Agung.

Silver, H. 1985. "Historiography of Education", dalarn The International Encyclopedia of Education.
Sjamsuddin, Helms , et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Kemerdekaan (1945-1966). Jakarta: IDSN.
Talbott, John E. 1972. "Education in Intellectual and Social History", dalam Felix Gilbert & Stephen R. Graubard, ed. Historical Studies Today. New York: W.W.
Tilaar, H.A.R. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Suatu Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Grasindo.
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Wal, S.L. van der. 1963. Het Onderwysbeleid in Nederlands-Indie., 1900-1940. Een Bronnenpublikatie. Groningen: J. B. Wolters.
Termasuk: Literatur tentang Pendidikan Taman Siswa, Pendidikan di Kayu Tanam, dll.

Landasan Pendidikan

LANDASAN PENDIDIKAN
Nopember 16, 2007 oleh syamsulberau

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . 1. Landasan HukumKata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.” 2. Landasan FilsafatFilsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3. Progresivis4. Rekonstruksionis5. EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. 3. Landasan SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
1. Perubahan cara berfikir
2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme
4. Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1. Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1. Gagasan 2. Ideologi 3. Norma 4. Teknologi 5. BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1. Kesenian 2. Ilmu 3. Kepandaian Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5. Landasan Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6. Landasan EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut :
1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya :
a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb. Menjual hasil karya nyata anak-anakc. Membuat bazaard. Mendirikan kafetariae. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anakf. Mencari donator tetapg. Mengumpulkan sumbanganh. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas
Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . DAFTAR PUSTAKA Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Indira Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan.

Silabus al-Islam smstr 2 MKDU

SILABUS AL-ISLAM 2
Mata Kuliah : AL- ISLAM 2
Kode Mata Kuliah : MKDP (Mata Kuliah Dasar Persarikatan )
Fakultas / Jurusan : Semua Fakultas dan Semua Jurusan
Semester : II ( D u a )

PENDAHULUAN
Dalam Al-Islam 2 ini, disampaikan pembekalan utamanya adalah pengetahuan dasar-dasar aqidah dan ibadah, maka stressing pengembanganya adalah Muamalah Dunyawitan yang meliputi Al-Akhwalussakhshiyyah, Filsafat, dan Politik serta tentang pembaharuan islam.
Dalam konteks pembelajaran, tetap diharapkan bukan sekedar transfer ilmu secara normativ tetapi, lebih dari itu adalah tuntutan penumbuhan potensi keagamaan mahasiswa berupa penghayatan yang bermuara pada aplikasi dalam perilaku sehingga menumbuhkan kesalahan sosial secara berkualitas. Oleh karena itu suasana dialogis dengan penuh keteladanan dalam proses bilajar mengajar masih tetap relevan.

TUJUAN

Setelah selesai mengikuti program ini, diharapkan :
1. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar ibadah dan muamalah secara benar dan argumentatif.
2. Mahasiswa memiliki dasar-dasar keberagaman yang kokoh secara rasional, emosional dan fungsional serta memiliki wawasan keberagaman yang integratif dengan persoalan kehidupan.

POKOK-POKOK MATERI AL-ISLAM

 Bab 7 IBADAH
1. Pengertian, ruang lingkup, dan fungsi ibadah
2. Macam-macam ibadah
3. Prinsip-prinsip ibadah
4. Ibadah Mahdhoh

 Bab 8 MU’AMALAH DUNYAWIYAH
1. Pengertian dan ruang lingkupnya
2. Prinsip-prinsip bermu’amalah
3. Munakahat
4. Sistem kewarisan dalam islam
5. Sistem pidana islam
6. Musyawarah
7. Dasar-dasar ekonomi islam

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Jayady, Mahsun. 2001. Al-Islam 1. LP-AIK Universitas Muhammadiyah Surabaya. Surabaya.
2. Fazlurrahman. 1983. Tema Pokok Al-Qur’an. Pustaka. Bandung.
3. Nasution, Harun. 1984. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek III. UI Press. Jakarta
4. PP. Muhammadiyah. 1985. Himpunan Putusan Tarjih. PP Balai Pustaka. Yogyakarta.
5. Razaq, Nazaruddin. 1985. Dinul Islam. Al-ma’arif. Bandung.
6. Syattout, Mahmud. 1976. Al-islamu Aqidah Wa Syari’ah. Dar Ihya’ Al-Ulum. Qahirah.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Mata Kuliah : Al-Islam 2
Semester : II (dua)
Fakultas : Semua fakultas dan semua jurusan
(UnMuh Surabaya)
TUJUAN

Setelah selesai mengikuti program perkuliahan ini diharapkan :
1. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar ibadah dan mu’amalah dunyawiyah secara benar dan argumentatif
2. Mahasiswa memiliki dasar-dasar keberagamaan yang kokoh secara rasional, emosial, dan fungsional serta memiliki wawasan kebragamaan yang integratig dengan persoalan kehidupan.

JADWAL PERKULIAHAN

Tatap muka ke- Materi kuliah
1. IBADAH 1
- Pengertian, ruang lingkup, dan fungsi ibadah
2. IBADAH 2
- Macam-macam ibadah
- Prinsip-prinsip ibadah
3. IBADAH 3
- Ibadah mahdhoh (shalat dan zakat)
- Ibadah mahdhoh (puasa dan haji)
4. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 1
- Pengertian dan ruang lingkupnya
- Prinsip-prinsip bermu’amalah
5. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 2
- Munakahat (bagian pertama)
6. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 3
- Munakahat (bagian kedua)
7. U T S
8. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 4
- Sistem kewarisan dalam islam (bagian pertama)
9. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 5
- Sistem kewarisan dalam islam (bagian kedua)
10. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 6
- Pidana Islam (bagian pertama)
11. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 7
- Pidana islam (bagian kedua)
12. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 8
- Musyawarah
- Dasar-dasar Ekonomi Islam (bagian pertama)
13. MU’AMALAH DUNYAWIYAH 9
- Dsar-dasar Ekonomi Islam (bagian kedua)
14. U A S

Silabus SD kelas 3

Penyusunan silabus adalah kebutuhan mutlak bagi seorang guru. Dengan menyusun silabus akan diketahui program-program pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. namun tidak sedikit para guru enggan menyusun silabus. akibatnya ketika waktu proses pembelajaran berlangsung, guru bingung memikirkan apa yang harus dikerjakan dalam kelas. Silabus merupakan persiapan program pembelajaran yang dituangkan berdasarkan standar isi. Guru yang profesional mengerti betul betapa pentingnya silabus bagi dirinya. Seakan ia tak bisa terlepas dari silabus dan standar isi. Sehingga ketika guru masuk ke dalam kelas, bukan buku yang ia jadikan pedoman, namun silabus dan standar isilah yang menjadi pedoman dalam memberikan materi pembelajaran kepada siswa. Mau jadi guru profesional..? marilah mulai sekarang juga kita jadikan silabus dan standar isi sebagai teman pembelajaran kita. Sedangkan buku hanyalah sebagai pelengkap saja, atau dengan kata lain sebagai penunjang standar isi dan silabus anda. Silabus terdiri atas beberapa komponen antara lain :
1. Identitas satuan pendidikan yang berada di pojok kiri
2. Standar Kompetensi yang ingin dicapai secara nasional
3. Kompetensi dasar yang harus dicapai untuk mencapai standar kompetensi
4. Materi ajar / Mata pelajaran
5. Pengalaman belajar yang harus diberikan pada siswa
6. Indikator pengalaman belajar
7. Alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai KD
8. Penilaian ( bentuk penilaian, model penilaian,)
9. Sumber belajar
10. Tanggal penyusunan silabus
11. Penyusun silabus diketahui kepala Sekolah